SF bukan munafik dan mengakui selama berkendara beberapa kali melanggar batas kecepatan berkendara. Si Tiger waktu turing sendiri ke Kediri melewati Bypass krian pernah hampir menyentuh 140 kpj, Ninja beberapa waktu lalu juga sempet menembus 140kpj di BKT (agak keder juga sih dah bertahun2 ga pernah ngebut)
hingga akhirnya SF diingatkan oleh kejadian kemaren yang hampir mengalami kecelakaan padahal pas jalan 80KPJ. di artikel kemaren ada sebuah komentar yang menarik untuk dibahas. Komentar ini dilayangkan seorang pengunjung yang bernama bro Donny
Saya copas lagi deh biar yang koneksinya lemot bisa baca : 🙂
bukan bermaksud menggurui penulis tapi menurut saya kita perlu lebih mengenal peraturan lalu lintas disana ada peraturan batas kecepatan di tiap kelas jalan jadi kalimat penulis sebagai berikut hanya berupa asumsi si penulis “Di jalur BKT ini kecepatan 80 KPJ tergolong ga ngebut-ngebut amat.”.
jadi jika ingin mengetahui sesuatu objek itu ngebut atau tidak baiknya kita perhatikan kelas jalan dan kecepatan maksimum yg di tentukan untuk kelas jalan tersebut.
sekedar bayangan saja jalan tol dalam kota jakarta yg selebar itu saja kecepatan maksimum 80 km/h, lalu bagaimana mungkin jalur BKT mempunyai batas kecepatan maksimum yg sama dengan jalan Tol?
ini sekedar masukan untuk penulis saja…
salam hangat
mendapati respon tersebut SF berupaya mencari aturan tentang kecepatan berkendara sampai akhirnya menemukan 2 artikel yang ditulis oleh RSA dan Eyang Edo
Batas Maksimal
Mengingat PP untuk UU No 22/2009 tentang LLAJ belum dirilis hingga kini, praktis pengaturan mengenai batas maksimal bisa merujuk pada PP 43/1993 sebagai turunan UU No 14/1992 tentang LLAJ. UU ini sudah digantikan oleh UU 22/2009.
Dalam PP tersebut, khususnya pada pasal 80 disebutkan bahwa batas maksimal dan minimal disesuaikan dengan kondisi jalan yang bersangkutan. Misalnya saja, batas kecepatan maksimal pada jalan kelas I, II dan III A dalam sistem jaringan jalan primer, untuk mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang serta sepeda motor adalah 100 kpj. Dan, untuk kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau tempelan adalah 80 kpj.
Lalu, untuk kelas III B maksimal 80 kpj, kelas III C maksimal 60 kpj, kelas II an III A maksimal 70 kpj, dan seterusnya.
bingung soal kelas jalan? monggo baca disini
resumenya seperti ini saja deh : kelas I,II,IIIa adalah jalan raya yang sering kita lalui kelas selanjutnya adalah jalan jalan lokal, dan jalan lingkungan. Sooo… batas kecepatan dijalan raya bisa sampai 100KPJ donk?
tunggu dulu… aturan 100 KPJ tidak serta merta berlaku untuk semua ruas jalan kelas I-IIIA, bisa diatur lagi dengan aturan Pemerintah setempat. salah satu syaratnya harus ada pemberitahuan pembatasan kecepatan melalui pemasangan rambu yang terlihat oleh pengendara… Asumsinya jika rambu tersebut tidak ada berarti kita terpaku oleh aturan 100 KPJ. CMIIW…. Contohnya di tol ada rambu batas kecepatan dibatasi 60-100 kpj dengan kondisi jalan lancar atau 60-80kpj untuk tol dalam kota.
atau mungkin ada peraturan lain yang mengatur monggo di share disini…. biar bisa berbagi ilmu
SF sendiri sih lihat-lihat situasi dulu, yakin jalan sepi dan aman bolehlah sesekali memacu motor hingga 100 KPJ… Tapi…jelas salah memacu kendaraan melebihi 100kpj.
statement SF kemaren yang mengatakan “Di jalur BKT ini kecepatan 80 KPJ tergolong ga ngebut-ngebut amat” di jalur BKT (Banjir Kanal Timur) rasanya ga menyalahi aturan lah wong kecepatan segitu saja masih ada yang nglakson dari belakang. Kesalahan SF saat itu kurang waspada keberadaan satu pertigaan jalan setapak yang tersembunyi. salah-bener kalau sampai kejadian celaka tetep saja sama-sama bonyok
hayo tunjuk jari siapa yang sering lewat 100 KPJ? dilarang loh dengan aturan yang berlaku
artikel terkait :
Pengalaman hampir tabrakan kecepatan tinggi, cubitan agar lebih waspada dijalan
Mantap kang,..
SukaSuka
era skrng speed kyk udah susah dipraktekan lg.. bnyk hambatan sana sini..
SukaSuka
selalu waspada… kalo ane sih sekarang kalo lg bw kendaraan di Jakarta lebih sering diklaksonin orang… wis ben..
SukaSuka
saya bisa naik motor dgn kecepatan max. 80, kalo liat spido udah nunjuk di atas 80, otomatis ngurangin kecepatan. bahkan di jalan lurus n sepi sekalipun. soale di angka itu kita masih bisa ngliat kondisi jalan, lama2 jadi kebiasaan yg menyenangkan 🙂
SukaSuka
Kecepatan motor tergantung kondisi jalannya kalau saya….biar boleh 120 atau 200 kpj pun kalau banyak lubang2nya ya alamat cari celaka….mending kecepatan sesuai kendaraan disekitar saja kalau mereka cepat ya ikut cepat kalau mereka pelan ya ikut pelan…
SukaSuka
banyak yg seneng kenceng ya, semoga kita semua selamat
titip mas http://motogokil.wordpress.com/2013/06/28/nyok-ngobrolin-mesin-mesin-konpresi-tinggi-cr10-maunya-minum-premiun-ron-88-kok-bisa-ya/
SukaSuka
tergantung motornya mazbro,support apa ga buat lari 100 kpj
SukaSuka
ngebut diatas 100kpj gak ditilang kok, kecuali silup dimari udah punya cctv HD dengan fps tinggi, trus silupnya jg dilengkapi speedgun sama pake mobil patroli lambo buat ngejarrr, wkwkwkwwk…:D
SukaSuka
sbenerny agak perlu melihat kelas jalan,secara naluri aja udah bisa menebak (pastinya sesuai safety riding)
kalau jalanan rame sperti daerah pasar,atau jalan2 dalam kota yang lagi padat,biasanya 40-60km/h udah maximal tuh
baru kondisi jalanan antar kota 80-100 km/h oke lha,naik motor 250cc ke atas?? ya oke lah lebih dari 100,asal kondisi kepadatan kendaraannya benar2 longgar (jarang terlihat bus atau truk).Kalau banyak jajaran bus atau truk,mending main dksaran 80km/h (moge 600cc mungkin 100km/h) aja cari aman
SukaSuka
lah klo misalnya beda akurasi speedometer gmn?misalnya pake supra di spido 100kph nah di new megapro baru 80kph.
SukaSuka